Steve Jobs, Jenius Pemberang yang Perfeksionis #1

Buku baru biografi Steve Jobs yang ditulis oleh Walter Isaacson, dan diterbitkan setelah wafatnya Jobs, sangat menggoda saya. Awalnya pingin beli pre-order di toko buku online, setelah dihitung2 kok mahal juga ya meski telah didiskon, karena tentu saja ada ongkos kirim. Ah tunggu sajalah terbit di toko toko buku offline.

Dan benar, awal November buku setebal 700 halaman lebih (sama dg novel Harry Potter) sudah nangkring di toko buku kota Malang.

Saya tertarik dengan Steve Jobs, bukan karena saya ‘Apple Freak’, gadget Apple terlalu mahal buat saya, jadi satupun gak punya. Saya tertarik karena penasaran saja 🙂

Buku itu ditulis oleh Isaacson tanpa campur tangan Jobs, jadi mungkin Jobs belum sempat membacanya karena keburu wafat. Isaacson mewancarai bukan hanya Jobs, tapi juga orang orang di sekitarnya, entah itu keluarga, Apple, teman, bahkan musuhnya. Jadi tak pelak kalau buku ini juga menelanjangi Jobs, sifat sifat dan kelakuannya yang menyebalkan dan menyakiti banyak orang, selain kisah suksesnya menciptakan produk produk invatif yang sukses.

Saya hanya ingin mengambil poin poin tentang diri Jobs yang menarik perhatian saya, berikut ringkasannya:

1. Perfeksionis Murni

Jobs seorang perfeksionis murni, dia bukan saja berharap kesempurnaan itu datang dari dirinya, tapi juga orang orang lain yang bekerja untuknya. Dan dia tidak pernah berkompromi tentang itu. Dalam melemparkan kritik, dia tidak pernah berpikir tentang cara mengkritik yang bisa diterima orang. Dia bisa meledak ledak, berteriak, mengumpat jika menemui bahwa pekerjaan orang lain tidak sesuai dengan standar kesempurnaannya.

Jobs juga sangat peduli detil, dalam setiap produk yang diciptakannya, setiap lekuk fisik produk mendapat perhatiannya secara penuh, tidak peduli bahwa konsumen akan melihat sisi tersebut atau tidak.  Dia berpendapat, seorang tukang kayu yang hebat, tidak akan membuat lemari dengan bagian belakang dari kayu triplek (yg notabene jelek tampilannya), meski bagian belakang itu tidak pernah dilihat orang karena selalu menghadap dinding.

Jadi bisa dibayangkan, ‘jeroan’ produk Apple harus terlihat indah, meski hal itu mungkin tidak akan dilihat oleh konsumen, dan meski yang melihat hanyalah teknisi Apple 🙂

Menciptakan kotak produk dia juga perfeksionis. Kotak harus terlihat indah, anggun saat dibuka, sehingga orang tahu kalau ada produk yg lebih indah di dalamnya.

Dia menggabungkan seni dan teknologi, dan itu dikerjakannya tanpa kompromi.

Kalau gadget lain dibuat dengan mendesain ‘jeroannya’ dulu, baru desain ‘casing’ atau tampilan luar menyusul. Jobs tidak, dia mempekerjakan seniman desain kelas 1 (Jhonny Ive), dan desain tampilan luar dulu yang dikerjakan, baru ‘jeroan’ mengikuti ‘casing’nya.

2. Suka mengendalikan semua dari hulu sampai hilir.

Semua produk Apple dirancang untuk sulit dibuka oleh sembarang orang. Bahkan desain MacIntosh, dibuat untuk tidak bisa dibuka dengan obeng biasa. Semua produk Apple tertutup, mereka menutup software dan hardware dari produk lain. Apple bermain di lini software, hardware, kemudian konten juga (iTunes Store).

Produk Apple tidak kompatibel dengan gadget merk lain, kecuali iPod (seri tertentu iPod yang kemudian dibuat juga untuk versi PC berbasis Windows). Ini cerminan dari sifat Jobs yang suka mengendalikan semuanya.

Apple tidak seperti perusahaan besar lainnya mis. Sony, AOL Time Warner yang dibagi menjadi sejumlah divisi (kata divisi sendiri sudah memberikan petunjuk) dengan perhitungan keuangan terpisah. Target untuk mewujudkan sinergi dalam perusahaan semacam ini dengan mendorong semua divisi bekerja, sering kali tidak tercapai.

Jobs tidak membagi Apple menjadi berbagai divisi semi otonom, dia mengendalikan semua timnya dan mendorong mereka untuk bekerja sebagai satu perusahaan yang kohesif dan fleksibel. Dengan 1 pembukuan.

3. Kunci Produk yang hebat adalah SDM.

Jobs hanya menerima calon pegawai kelas A, dia merekrut sendiri pegawai top management-nya. Menurutnya kunci penciptaan produk yang hebat adalah SDM kelas A. Dia mendepak semua pegawai yang kinerjanya ternyata hanya kelas B. Karena menurutnya pegawai kelas A hanya bisa bekerja dengan baik dengan sesama kelas A juga. Kalau ada kelas B di dalam, lama lama mereka akan menarik kelas B yang lebih banyak, dan seterusnya akan menarik kelas C. Jadi dia tidak berkompromi dengan orang orang yang berkinerja buruk …..wiiiih.

4. Produk yang hebat adalah gabungan seni dan teknologi.

Jobs menyukai seni, dan teknologi sekaligus. Dia bisa menggabungkan kedua hal itu dalam 1 produk. Produk teknologi lain mungkin dengan sengaja lebih mengorbankan aspek seninya. Prinsip ini tidak hanya untuk produk Apple, film-film keluaran Pixar (perusahaan film animasi miliknya) juga memadukan seni dan teknologi. Toy Story, A Bugs Life, Monster Inc., Finding Nemo, Cars, adalah beberapa film keluaran Pixar yg sukses berat di pasaran. Film film itu bukan hanya indah secara grafis saja, tapi juga script dan jalan ceritanya tak kalah bagus.

Jobs adalah sedikit orang yang memahami bahwa menciptakan teknologi membutuhkan intuisi dan kreativitas. Dan menciptakan sesuatu yang berseni/artistik butuh disiplin keras.

5. Produk yang hebat adalah yang sederhana.

Sederhanakan!!! itu prinsip utama yang selalu ditiupkan ke dalam ruh semua produknya. Produk yang rumit tidak akan pernah menjadi hebat.

Keyboard MacIntosh sangat sederhana minimalis, tidak ada tuts pemindah kursor, cukup dengan mouse, tidak ada tuts F1,F2 dan seterusnya. Bahkan semua produk Apple tidak ada tombol on/off, produk Apple akan tidur jika tidak digunakan (benar gak nya saya kurang tahu, gak punya sih). Benar benar aplikasi ‘Think Different’ sesuai semboyan Apple.

Sederhana juga menjadi nafas Jobs dalam kehidupan pribadinya. ‘Seragam’ hitam turtle neck kebesarannya adalah contoh kesederhanaan itu, meski bukan ‘sederhana’ yang sesungguhnya, krn kaos itu adalah rancangan Issey Miyake, perancang kondang asal Jepang yang rancangannya disukai Jobs. Jobs punya si hitam itu 100 buah, yang katanya cukup dipakai selama seumur hidupnya. Kini dihibahkan ke siapa ya? 🙂

Rumah Jobs juga sederhana, tidak berpagar, tidak bersatpam seperti rumah rumah orang kaya Silicon Valley. Bahkan rumah Jobs muda dulu karena paduan kesederhanaan dan perfeksionisnya, tidak ada perabotan di dalamnya, dia tidak punya waktu untuk memilih perabotan yang cocok.

6. Totalitas 1000%

Mengerjakan sesuatu yang diinginkannya, Jobs akan total nyemplung ke dalamnya, meski berdarah darah dan penuh air mata. Totalitas 1000% ini yang membedakan Jobs dengan CEO Apple lainnya. CEO Apple sebelum Jobs, hanya berkonsentrasi pada laba dari produk yang diciptakan. Sedangkan Jobs, uang bukanlah menjadi tujuannya. Tujuannya adalah menciptakan produk yang inovatif dan menorehkan sejarah, uang adalah efek samping saja.

Hebohnya Jobs menuntut orang lain untuk total juga seperti dirinya. Jobs akan mengkritik, mencela pegawainya jika ada yang tidak disukainya. Banyak perbaikan yang dilakukan dalam proses penciptaan produk, dan Jobs selalu tidak mudah puas. Tapi dengan sikapnya yang seperti itu, dia memaksa tim nya untuk bekerja dengan lebih keras dengan standar kesempurnaannya. Dan hasilnya…..setiap peluncuran produk baru Apple, selalu banyak yang ngantri, di semua Apple Store di dunia. Demikian juga penjiplak produknya………ngantri.

Bersambung……………….

9 thoughts on “Steve Jobs, Jenius Pemberang yang Perfeksionis #1

  1. Mantaaab, terimaksih… Bagi saya cukup baca ulasannya ini ( dan ulusan berikutnya ditunggu), insyaallah sudah bisa nangkap pesannya, jadi ngak usah beli bukunya…
    Sekali lagi terimaksih 🙂

  2. Inspiring sekali. Izin share di web Rumah Pintar Kembar ya bu..
    Btw, jika saat ini saya baru bisa memperkerjakan karyawan kelas B bgmn bu? Terkadang saya juga suka frustasi dg kesalahan2 mereka, tapi sampai saat ini masih bisa ditolerir meskipun saya harus jadi alarm setiap saat jika mereka melakukan kesalahan2 kecil

  3. Dear All, Jobs adalah anomali dlm bisnis teknologi. Ada yg menobatkan dia sbg ‘diktator teknologi’ krn sistem Apple yg tertutup. Ini buku blm habis saya baca. Tunggu lanjutannya ya…Tks atas kunjungannya.

  4. @Rumah Pintar Kembar: permasalahan UKM sperti saya adalah SDM jg,krn utk hire SDM yg berkelas msh itung2, tp seiring bertumbuhnya usaha hrs ada beberapa SDM kelas A nantinya.

  5. Aduh Pak Jobs…Perangai sulit tapi nyatanya dia sukses membangun mimpinya yah..Belum baca bukunya dan baru baca ringkasan aku sudah narik napas.Buku berat kayaknya Jeng 🙂

  6. Mbak Evi: berat dlm arti sesungguhnya (700 halaman boo), tp gaya penuturan penulisnya (Walter Isaacson) lumayan enak, mengalir lancar.

Leave a reply to Rumah Pintar Kembar Cancel reply